Review intel™ core extreme i7

Share on :

Hampir setiap kali ada prosesor baru diluncurkan, para performance-enthusiast biasanya langsung mempertanyakan kapabilitas prosesor itu, terutama dalam hal overclockability. Ini cukup masuk akal mengingat prosesor yang baru diluncurkan biasanya memiliki arsitektur baru dan/atau proses fabrikasi yang sudah improved.
Prosesor Intel terbaru, dikenal dengan nama kode “Ivy Bridge”, juga tidak luput dari kejadian serupa. Sekitar 2 (dua) bulan lalu, para overclocker di seluruh dunia dikejutkan dengan berita bahwa Ivy Bridge sanggup mencapai clock 7 Ghz!
Berita heboh ini tentunya mendapat berbagai sambutan. Dari yang menyebutnya sebagai hoax, sampai ada yang memberi konfirmasi bahwa memang prosesor dengan fabrikasi 22nm tersebut mampu mencapai clockspeed yang luar biasa tinggi. Kami sendiri merasa bahwa berita itu sedikit tidak masuk akal, sampai saat kami mendengar konfirmasi dari rekan-rekan overclocker kami di luar negeri bahwa prosesor Ivy Bridge memang mampu mencapai frekuensi di atas 6 Ghz, dengan bantuan extreme cooling tentunya.
Akhirnya, Sabtu (21/4) lalu, tim JagatOC mendapat lampu hijau untuk “membekukan” sebuah sampel Core i7-3770K “Ivy Bridge”. Tanpa menunggu lama, kami langsung membawa prosesor tersebut ke ruang “eksekusi” JagatOC. Mari ikuti pengujian lengkapnya!

Test Specs

Regulator daya MSI Z77A-GD55 yang akan "dipaksa" untuk menyuplai VCore sebesar 1.8V ke CPU.
Berikut ini berbagai hardware yang kami gunakan dalam pengujian kali ini.
  • CPU: Core i7-3770K “Ivy Bridge” (Engineering Sample)
  • Motherboard: MSI Z77A-GD55 , BIOS v1.2 Official
  • RAM: Apacer Ares DDR3-2400 2×2 GB
  • VGA: nVIDIA GeForce 8600GT
  • HDD: WD VelociRaptor 600GB SATA
  • PSU: Corsair AX1200 Gold
  • Cooling: k|ngp|n F1 DARK + 35L Liquid Nitrogen(LN2)

Lingkup Pengujian

Transistor 22nm: akankah memberi milestone baru bagi overclocker?
Tujuan pengujian ini hanya satu: mencari clockspeed tertinggi yang bisa dicapai oleh prosesor Ivy Bridge kami. Dengan ini, kami dapat membuktikan rumor yang beredar mengenai kemampuan overclocking prosesor ini benar atau hanya spekulasi belaka.
Tentunya, kami akan melakukan berbagai benchmark ringan (single-threaded) untuk memberi gambaran kasar kecepatan prosesor ini jika dibanding dengan prosesor Intel Sandy Bridge yang sebelumnya. Dengan ini, variabel selain clock CPU, seperti kemampuan Integrated memory controller (IMC) dan juga BCLK tidak banyak kami sentuh.
\

Persiapan

Pengujian ini melibatkan pendinginan ekstrim (LN2). Maka, sudah sepantasnya motherboard MSI Z77A-GD55 yang digunakan juga diberi “perlindungan” ekstra untuk dapat bertahan di keadaan yang ekstrem.
Motherboard diinsulasi menggunakan kneaded eraser di bagian atas dan bawah seperti terlihat di bawah ini.


Mengingat ini juga pertama kalinya Tim JagatOC berurusan dengan prosesor Ivy Bridge, kami tidak langsung memberinya suhu – 100C. Kami memutuskan untuk mencoba berbagai tingkat suhu untuk melihat apakah ada peningkatan clockspeed tertentu atau tidak.
Kami mendapati bahwa di suhu +35 – 40C, CPU Ivy Bridge kami bahkan tidak bisa boot ke Windows dengan clockspeed lebih dari 4.8 Ghz di 1.3-1.35V. Kenyataan ini mungkin akan mengejutkan berbagai user yang mengharapkan Ivy Bridge mungkin dapat mencapai clockspeed 5.5 Ghz++ di keadaan suhu ambient dengan air/watercooling.
Namun, kekhawatiran kami segera hilang ketika memberikan suhu – 60 C (setara dengan dry ice) ke prosesor ini dan mendapatkan clockspeed 5.6 Ghz dengan mudah di VCore 1.55V. Inilah hasil SuperPi 1M kami dengan prosesor berjalan di 5.6 Ghz.
*klik untuk memperbesar*

Sebagai perbandingan, kami menyertakan hasil benchmark SuperPi 1M yang dijalankan di prosesor Intel Core i7-2600K Sandy Bridge dengan clock sama.
*klik untuk memperbesar*

Di sini terlihat bahwa performa prosesor Ivy Bridge di Benchmark superPi 1M lebih baik dari Sandy Bridge 2600K yang berjalan dengan clock sama.
Pengujian terus berlanjut dan sesuai dugaan pertama kami bahwa prosesor ini menyukai suhu dingin dan juga VCore tinggi (di atas 1.65-1.7V).

Overclocking at -190C!

Prosesor Ivy Bridge yang tidak memiliki Cold Bug dapat tetap beroperasi di suhu kurang lebih - 190C.
Pengujian sudah berjalan kira-kira 3 (tiga) jam dan sekarang kami sudah mendapatkan konfigurasi optimal untuk benchmark run kami, antara lain:
  • Menggunakan hanya 2 (dua) Inti CPU, sisanya disabled.
  • Fitur Hyper-Threading dimatikan (total 2 core 2 thread).
  • Suhu optimal: -188 s/d -190 C. Tidak ada Cold Bug (kejadian di mana CPU berhenti beroperasi karena suhu terlalu dingin).
  • BCLK 110 Mhz.
  • CPU Multiplier 57x.
  • Frekuensi RAM masih rendah, hanya DDR3-2052, timing AUTO.
  • VCore 1.8 V (maksimum yang ada di MSI Z77A-GD55)
Setting BIOS lengkapnya bisa Anda lihat lebih jelas di bawah ini.
*klik untuk memperbesar*
 
 
Catatan: Setting yang kami lakukan di pengujian ini semuanya di-set langsung dari BIOS. Kami tidak menggunakan software utility apa pun untuk mengubah variabel tegangan dan/atau clock di sistem operasi.

Result @ 6.27Ghz

Frekuensi maksimum yang kami dapat di pengujian ini adalah 6270 Mhz. Berikut ini beberapa single-threaded benchmark yang kami jalankan dengan clockspeed 6.27 GHz.
* klik untuk memperbesar*
SuperPi 1M – 5.750 s

SuperPi 32M – 5m 20.797s

Hexus Pifast – 11.47s

Kesimpulan Sementara: Extreme OC is BACK with Ivy Bridge!


Melihat hasil dari uji coba perdana kami terhadap CPU Ivy Bridge, kami sekarang berani untuk memastikan bahwa semua rumor yang mengatakan bahwa Ivy Bridge memiliki OCability yang luar biasa dengan bantuan extreme cooling adalah benar adanya.
Keraguan sempat mewarnai beberapa rekan kami di lab JagatOC ketika CPU yang ada tidak bisa booting ke OS di clockspeed 4.9 Ghz di suhu +35-40C (suhu rata-rata pengguna air/watercooling). Namun, semua berubah ketika suhu diturunkan lebih jauh ke tingkat sub-zero dan CPU mencapai clockspeed optimalnya di suhu -190C (suhu maksimum yang dapat kami berikan dengan LN2). Selain itu, untuk pertama kalinya di lab JagatOC, kami menemui prosesor Intel yang tidak mengalami Cold Bug sama sekali sepanjang pengujian dengan LN2. Ini cukup mengejutkan karena hal serupa biasanya hanya ditemui di prosesor AMD.
Sayangnya, karena motherboard yang kami gunakan mempunyai limitasi Voltase CPU (VCore) di 1.8 V, kami terpaksa harus puas dengan pencapaian clockspeed hanya 6270 Mhz.  Sebagai perbandingan, kami pernah melihat beberapa rekan kami di luar yang bisa mencapai clockspeed lebih dari 6.4 Ghz, bahkan 6.6 Ghz++, menggunakan VCore lebih dari 1.95 V.
Berdasarkan pengujian ini, kami sekarang bisa memperkirakan beberapa hal mengenai overclockability CPU Ivy Bridge.
- Overclockability cukup rendah di skenario pengunaan HSF (suhu positif). Mungkin akan cukup sulit menemui Ivy Bridge yang bisa mencapai clockspeed 5.4 Ghz++ dengan semua core dan thread diaktifkan. (beda dengan Sandy Bridge)
- Scaling suhu yang sangat baik. Sangat berbeda dengan Sandy Bridge yang tidak mempunyai beda clock signifikan antara penggunaan aircooling vs extreme cooling, Ivy Bridge baru menunjukkan taringnyadi penggunaan LN2.
- Menyukai VCore tinggi di skenario extreme cooling. Ketika Sandy Bridge biasanya menemui clock maksimalnya di VCore sekitar 1.65 – 1.7V, Ivy Bridge memerlukan VCore besar (di atas 1.75V) untuk mencapai clockspeed ekstri=em.
- Efisiensi clock-to-clock  untuk 2D Benchmark cukup baik melebihi Sandy Bridge. (lihat perbandingan Ivy Bridge vs Sandy Bridge di 5.6 Ghz di halaman sebelumnya).
Kami sekarang yakin bahwa dalam bulan-bulan ke depan, CPU Intel Ivy Bridge akan banyak memecahkan rekor benchmark dengan clockspeed-nya yang luar biasa. Sayangnya, pengguna cooling HSF dan watercooling biasa mungkin tidak bisa merasakan bagaimana menjalankan CPU ini di 5.2 Ghz++ seperti yang mereka pernah dapat di Sandy Bridge.
Kami memberanikan diri untuk berspekulasi bahwa pencapaian clock yang rendah di HSF ini terjadi karena 2 (dua) faktor:
1) Proses fabrikasi 22nm yang tampaknya dioptimalkan untuk penggunaan low-voltage masih rentan dengan current leakage di voltase besar sehingga suhu akan melonjak drastis ketika user melewati batas VCore tertentu (diperkirakan sekitar 1.3-1.35 V).
2) Die size Ivy Bridge yang lebih kecil dari Sandy Bridge sehingga membuat transfer kalor antara Die dengan heat spreader kurang optimal. Belum lagi kita harus memperhitungkan densitas transistor Ivy Bridge yang lebih tinggi dari Sandy Bridge.
High leakage + small die size = masalah baru bagi Overclocker HSF ?
Nah, sampai di sini saja preview singkat extreme OC kami kali ini. Kami akan kembali dengan CPU Ivy Bridge versi Retail dan tentunya motherboard dengan opsi VCore lebih dari 2V. Tunggu tanggal mainnya, hanya di Jagat Review!
 
 
 


0 komentar on Review intel™ core extreme i7 :

Post a Comment and Don't Spam!